Posts

Showing posts from April, 2012

Sepatu Hak Tinggi 2

Baca dulu bagian pertamanya Sepatu Hak Tinggi Tiba di kampus, orang-orang terpukau melihat keanggunan Viona. Hampir semua mata tertuju padanya. Termasuk Boy, cowo paling tampan di kampus Noval. Tak hanya itu, Boy juga terkenal sering gonta-ganti pasangan.  "Wah cantik .. Siapa nih Val, kenalin dong." Boy menatap Vio dengan tatapan genitnya. Vio ketakutan dan bersembunyi dibelakang abangnya. Noval menjawab dengan nada sewot. "Apa sih, lo urusin aja tuh cewe-cewe lo yang jumlahnya tak terhingga. Misi gue mau lewat." Ketika mereka berjalan melewati Boy, tiba-tiba tangan Boy menyentuh tubuh Vio.  "Plak ... " Vio menampar Boy yang kurang ajar. "Wes cantik-cantik tapi, sangar." Boy berusaha mencolek pipi Viona. Tapi, tidak berhasil. Tangan Boy ditepis oleh Noval.  "Jangan ganggu dia. Dia ade gue, kalau lo berani nyentuh dia lagi gue ngga segan-segan hajar lo." Ancam Noval. Boy pun mundur, dia takut karena Noval adalah pera

Sepatu Hak Tinggi

"Aku ya Aku, kamu ya kamu. Jadi, jangan paksa aku untuk jadi orang lain." Teriaknya dengan lantang. "Tapi, ini demi kebaikanmu juga kan Vi? apa susahnya sih, aku cuma minta kamu pake rok dan highheels!!"  "Tapi aku ngga bisa, emang ke pesta ngga boleh pake celana jins sama atasan kaos ya Bang?." Tanyanya beharap abangnya itu akan mengizinkannya memakai celana blue jins favoritnya. "Adeku yang bawel, ini acara formal. Kalau lo pake celana blue jins belel lo itu, nanti apa kata temen-temen gue. Guenya keren adenya malah huh ... " "Ya udah sih Bang mendingan gue ngga usah ikut lo aja." "Yakin lo? Nyesel lho kalau ngga ikut gue. Lo tau Last Child bakal tampil di acara itu." "Hah?serius Bang?Tapi, masa iya gue harus pake yang feminim abis sih." Keluhnya. "Terserah deh ah, kalau lo mau ikut lo harus pake ROK." Ancamnya dengan tegas.

Untuk Ibu

Usianya memang sudah senja, tapi semangatnya masih membara. Wanita itu rela meminjamkan rahimnya untuk aku singgahi. Wanita itu rela aku repotkan dan bahkan dia tidak pernah memintaku untuk membayar jasa-jasanya. Wanita itu rela banting tulang agar aku bisa sekolah. Wanita itu selalu menyelipkan namaku dalam setiap do'anya. Ketegaran dan kesabarannya membuat aku tersadar betapa besar perjuangannya. Terkadang aku merasa diperlakukan seperti anak kecil jika dia selalu menghubungiku saat aku berada di luar rumah. Tapi, kini aku sadar bahwa itu merupakan rasa kekhawatiran dan rasa sayangnya terhdapaku. Aku senang selalu mendapat perhatian darinya. Belum tentu wanita lain bisa seperhatian wanita itu. Wanita itu adalah ibuku ... Aku bersyukur Tuhan telah menitipkanku pada orang yang tepat. Orang yang mampu mendidikku dengan agama. Orang yang selalu mengajariku arti sebuah kehidupan. Orang yang mampu membimbingku menuju keridoanMu. Tuhan berilah aku kesempatan untuk membahagikannya. Tuh