Sepatu Hak Tinggi 2

Baca dulu bagian pertamanya Sepatu Hak Tinggi

Tiba di kampus, orang-orang terpukau melihat keanggunan Viona. Hampir semua mata tertuju padanya. Termasuk Boy, cowo paling tampan di kampus Noval. Tak hanya itu, Boy juga terkenal sering gonta-ganti pasangan. 

"Wah cantik .. Siapa nih Val, kenalin dong." Boy menatap Vio dengan tatapan genitnya.
Vio ketakutan dan bersembunyi dibelakang abangnya. Noval menjawab dengan nada sewot. "Apa sih, lo urusin aja tuh cewe-cewe lo yang jumlahnya tak terhingga. Misi gue mau lewat."
Ketika mereka berjalan melewati Boy, tiba-tiba tangan Boy menyentuh tubuh Vio. 
"Plak ... " Vio menampar Boy yang kurang ajar.
"Wes cantik-cantik tapi, sangar." Boy berusaha mencolek pipi Viona. Tapi, tidak berhasil. Tangan Boy ditepis oleh Noval. 
"Jangan ganggu dia. Dia ade gue, kalau lo berani nyentuh dia lagi gue ngga segan-segan hajar lo." Ancam Noval.
Boy pun mundur, dia takut karena Noval adalah peraih sabuk hitam taekwondo. 

***



Viona sangat senang melihat Last Child, Viona ikut bernyanyi di bawah panggung. Noval sangat senang melihat adiknya tertawa sumringah. Noval teringat janjinya bahwa dia akan mempertemukan Vio dengan Last Child. Noval pun bergegas pergi ke belakang panggung. Noval meminta izin ke pihak manajemen Last Child agar adiknya bisa bertemu dengan para personil Last Child. Setelah pihak manajemen menyetujuinya, Noval kembali menemui adiknya yang sedang asyik menikmati iringan musik. 

Noval menarik tangan adiknya. "Mau kemana sih Bang?"
"Ayo ikut aja gue mau menuhin janji gue." 
"Asyikk ... Nanti fotoin gue ya Bang." Pinta Viona.
Ketika mereka berjalan menuju belakang panggung, Noval merasakan kepalanya sakit luar biasa. Pandangannya kabur, tapi Noval tetap berusaha menahannya hingga akhirnya ia berhasil mempertemukan Viona dan band favoritnya. Tiba-tiba "Bruk .. " Noval jatuh pingsan.

Viona panik dan berteriak minta tolong. Noval pun segera dibawa ke rumah sakit. Sepanjang jalan Viona tak henti-hentinya menangis. Vio menelepon papanya agar segera menyusulnya ke rumah sakit. Sinta yang sejak tadi bersamanya berusaha menenangkan Vio. "Tenang ya Vio, abang lo pasti baik-baik aja. Dia kan orangnya kuat."

Setibanya di rumah sakit, Noval segera dibawa ke ruang ICU. Vio langsung memeluk papanya yang sudah berada lebih dulu disana. 
"Sabar sayang, Bang Noval akan baik-baik saja, kita berdo'a saja ya."
"Iya Pa ..," Isak Vio.

Setelah beberapa jam, dokter keluar dari ruangan. Papa bergegas menghampiri dokter. "Bagaimana keadaan anak saya Dok?"
"Anda orang tuanya? Mari ikut ke ruangan saya sebentar."
"Baik Dok. Vio kamu tunggu disini dulu ya sama Kak Sinta."
"Iya Pa." Jawab Viona.

Dokter menjelaskan keadaan Noval. Ternyata Noval mengidap kanker otak stadium 4. Sekarang keadaannya sangat kritis, jika dia tadi tidak segera dibawa ke rumah sakit, mungkin nyawanya tak akan tertolong lagi. Tapi, sekarang pun kemungkinan untuk Noval dapat bertahan hidup sangat kecil. Papanya sangat shock mendengar penjelasan dokter. Dia meneteskan air mata. 

"O .. iya pak saya menemukan kertas ini di saku kameja anak Bapa."
Papa mengambil secarik kertas bertuliskan "Untuk Adikku, Viona" yang diserahkan oleh Dokter. Papa pun keluar dari ruangan dengan mata penuh linangan air mata.

"Pah, dokter bilang apa?" Tanya Viona 
"Iya Om, tadi dokter bilang apa? Noval baik-baik aja kan Om?"
Papanya tak kuasa menjelaskan keadaan Noval. Dia memeluk putrinya erat-erat dan membisikan "Bang Noval kritis, dia mengidap kanker stadium 4."

Viona dan Sinta kaget, mereka sama sekali tak percaya. Isak tangis semakin menggelegar. 
"Ngga mungkin Pah, pasti Dokter itu salah kan Pah." Viona masih belum bisa menerima keadaan.
"Dokter itu benar sayang, Papa sudah liat hasil testnya. Sekarang kita do'akan saja biar abangmu bisa melewati masa kritisnya."

Sinta pamit kepada Viona dan Papanya karena sudah larut malam. Papanya mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Viona tetap setia berada di sebelah Noval, sekali-kali Viona mengajak abangnya berbincang-bincang. Walaupun abangnya dalam keadaan tidak sadar, tapi dia yakin bahwa abangnya masih bisa mendengar celotehannya. 

Papanya hampir saja lupa menyerahkan surat untuk Viona. "Vio, tadi Dokter bilang dia menemukan kertas ini di saku kameja Bang Noval. Disini tertulis untukmu."
"Apa ini Pa?" Viona kebingungan.
"Baca saja, papa tidak berani membukanya karena surat itu ditujukan untuk kamu."
Vio membuka kertas putih dan membaca suratnya.

Vio sayang, ade gue yang super duper bawel. Makasih ya karena hari ini lo udah mau nurutin apa kata gue. Gue seneng banget liat lo pake rok sama sepatu hak tinggi. Ya walaupun gue tau sih kalau lo itu paling ngga bisa pake hak tinggi. Tapi, lo mau berusaha dan akhirnya bisa kan. Makanya jangan bilang ngga bisa kalau lo belum nyoba. 

Lo pasti bingung deh kenapa gue nulis surat kaya gini. Soalnya ga tau kenapa akhir-akhir ini gue sering ngerasa kalau gue bakal pergi jauh banget. Gue takut ngga sempet jagain lo lagi, gue takut ngga bisa nyampein rasa seneng gue saat gue liat lo bener-bener jadi cewek yang cantik banget. Ini surat gue yang pertama kan? Dan mungkin ini juga akan jadi surat gue yang terakhir.

Ade gue yang cantik, jangan nangis ya kalau suatu saat nanti Abangmu ini ngga bisa jagain lo lagi dari gangguan preman-preman usil. Gue pernah ngajarin lo jurus-jurus andalan taekwondo kan? Jangan sampai lupa lho. Biar lo bisa mandiri. Oia gue titip Papa ya. Ingetin dia biar jangan begadang mulu sama jangan lupa makan. Papa kan kalau sibuk bisa lupa segalanya heeheee ...
Gue mau lo tetep bergaya feminim ya!! Gimana pun juga lo tetep ade cewe gue bukan cowo. Agama kita ngajarin ngga boleh keluar dari kodrat yang udah ditentuin. Oia belajar masak juga ya biar Papa ngga harus beli nasi padang terus haahaa ...

De, inget pesen gue ya "Jangan bilang ngga bisa tapi, bilang harus bisa. Tetep jadi cewek yang manis ya."


Air mata Viona semakin deras. Vio tak bisa lagi menahan kesedihannya. Vio berjanji dia akan menjadi gadis yang feminim. Vio menggenggam tangan abangnya dan membisikkan "Bang makasih ya selalu jagain aku. Bang Noval emang paling the best deh. Bang aku ikhlas kalau abang mau pergi jauh, pergi aja. Aku janji akan jadi apa yang abang mau."

Vio pun membisikkan lafadz Alloh di telinga abangnya. Gerakan bibir Noval mengikuti apa yang diucapkan adiknya itu. Tepat saat adzan subuh berkumandang Noval menghembuskan nafas terakhirnya.

- The End -


Comments

  1. sad ending.

    hiks

    hiks


    keren!
    ^^

    P.S.
    dibajak boleh? (disadur)
    buat dimuat di http://AOMAGZ.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih ..
      Silahkan, majalah online ya? :)

      Delete
    2. jangan lupa tri, minta royaltinya ke si aul... hahhaha #rusuh

      Delete
  2. Wah jadi ikut sedih nih.. Sayang banget bang Novalnya meninggal ya tapi ceritanya bagus.. Udah coba-coba kirim ke majalah atau penerbiit.. Siapa tahu entar jadi penulis terkenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum pernah, saya masih belajar jadi belum PD mengirimkan naskah. Tapi, kalau keinginan sih ada :)

      Delete
  3. Coba tulisannya dikirim ke penerbit,..
    Rezeqi siapa yang taukan..?

    ReplyDelete
  4. huwaaa koq mati siiih???

    huuuh, udah seru2 bacanya malah mati akhirnya

    ReplyDelete
  5. Cerita yang bagus dan mengharukan. hiksss

    ReplyDelete
  6. wahhh hebat
    tri dah mulai sering buat cerita yah^^

    sedih euy endingnya :(

    ReplyDelete
  7. Tulisannya bagus.. Kirim aja tulisannya ke penerbit De tri. coba-coba aja siapa tahu dapat.. oya udah lama enggak berkunjung ya..

    ReplyDelete
  8. I always spent my half an hour to read this webpage's posts all the
    time along with a mmug of coffee.

    ReplyDelete

Post a Comment

Makasih sudah baca postingan saya,
Jangan lupa tinggalkan komentarnya yah :)

Popular posts from this blog

Back to Campus

Kuis

Jangan Mudah Percaya